Cidera (injury) adalah suatu keadaan terjadinya
kerusakan pada jaringan jaringan baik pada tulang, otot, syaraf dan
kulit. Cidera ini dapat diakibatkan oleh banyak hal. Cidera yang disebabkan
oleh aktifitas olahraga disebut juga dengan cidera olahraga. Cidera olah raga
dapat terjadi akibat trauma akut atau trauma yang terjadi berulang-ulang dalam
jangka waktu lama.
Banyak faktor yang menghasilkan mekanisme cidera atau trauma
pada olahraga. Cidera pada jaringan lunak seperti cidera ligamen, kapsul sendi,
atau otot dapat terjadi baik oleh trauma langsung maupun tidak langsung.
Biasanya cidera jaringan lunak tersebut dihasilkan dari trauma tumpul atau
beban yang berlebihan , keadaan ini dikenal dengan nama macrotrauma misalnya
robekan otot atau sprain ligamen. Disisi lain trauma tidak langsung
dihasilkan dari beban submaksimal yang disertai dengan tanda dan gejala dan
tidak muncul secara tiba tiba.
Cidera sendiri terdiri dari 3 fase yaitu akut, sub-akut/overuse
dan akut/kronik. Pada akut adalah fase trauma langsung dari beban
berlebihan secara tiba tiba atau makrotrauma (misal gerakan meledak pelari 100
meter dari balok start). Fase sub-akut terjadi pada saat peningkatan
beban degenerasi (proses penurunan anatomi dan fisiologi jaringan) pada
jaringan tubuh yang terjadi secara kumulatif (contoh tendinitis achiles pada
pelari jarak jauh). Tipe terakhir adalah fase akut/kronik, adalah
gabungan antara beban yang kumulatif dan beban berlebih secara tiba tiba
(putusnya kronik tendinitis achiles pada pelompat jauh. Pada kronik
sendiri adalah kondisi tanpa adanya inflamasi. Dan kondisi kronik ini akan
menjadi akut yang disertai inflamasi bila mendapatkan beban berlebihan secara
tiba tiba.
Inflamasi sendiri adalah reaksi radang yang ditandai adanya
kemerahan, panas, nyeri, bengkak dan hilangnya fungsi. Inflamasi ini adalah
tanda adanya kerusakan jaringan. Apakah cidera tersebut dihasilkan oleh trauma
langsung atau tidak langsung hasilnya sama yaitu disfungsi karakteristik
jaringan karena nyeri, inflamsi, dan stres pada jaringan ikat bagian dalam.
Cidera sering menghasilkan ketidak mampuan fungsi, dimana pada saat itu atlet
dapat melakukan aktifitasnya sehari hari tapi tidak dapat melakukan latihannya
dengan baik.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga :
Faktor Atlit
- Umur, mempengaruhi kekuatan dan lama penyembuhan jaringan
yang cidera.
- Karakteristik atlit.
- Pengalaman.
- Tahap latihan.
- Teknik.
- Pemanasan.
Fasilitas Latihan dan Peralatan
- Perlengkapan latihan.
- Pelindung / pengaman.
- Pelindung / pengaman.
Karakteristik dari olah raga
Pembagian Cidera
Cidera akibat pengaruh dari luar (faktor ekstrinsik)
Contohnya : benturan, lapangan yang jelek.
Cedera akibat pengaruh dari dalam (faktor intrinsik)
Contohnya ; postur tubuh yang kurang baik, gerakan
latihan yang salah, kelemahan otot, fisik yang tidak fit.
Pemakaian yang berlebihan (overuse)
Proses Penyembuhan
Hemostasis
- Terjadinya proses perdarahan.
- Bekuan darah terjadi 6 – 8 jam.
Inflamasi
- Terjadinya proses peradangan.
- Terdapat tanda-tanda radang, yaitu ; bengkak, kemerahan, nyeri, panas lokal, terganggunya fungsi.
- Terjadi 2 kali 24 jam setelah cidera, cidera berat sampai 1 minggu.
Proliferasi
- Mulai terjadi proses penyembuhan.
- Terjadi 7 – 21 hari.
Remodelling
- Terjadinya proses pemulihan kembali.
- Terjadi sampai 18 bulan.
- Terjadinya proses perdarahan.
- Bekuan darah terjadi 6 – 8 jam.
Inflamasi
- Terjadinya proses peradangan.
- Terdapat tanda-tanda radang, yaitu ; bengkak, kemerahan, nyeri, panas lokal, terganggunya fungsi.
- Terjadi 2 kali 24 jam setelah cidera, cidera berat sampai 1 minggu.
Proliferasi
- Mulai terjadi proses penyembuhan.
- Terjadi 7 – 21 hari.
Remodelling
- Terjadinya proses pemulihan kembali.
- Terjadi sampai 18 bulan.
Proses Penanganan Pada Cidera Olah Raga
Pemeriksaan Anamnesis
- (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cidera.
Palpasi dan Inspeksi
- diraba dan dilihat.
Pemeriksaan gerak dasar
- (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cidera.
Palpasi dan Inspeksi
- diraba dan dilihat.
Pemeriksaan gerak dasar
- Pemeriksaan gerak pasif.
- Pemeriksaan gerak aktif.
- Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan.
Diagnosis
- menentukan daerah mana dan bagian apa yang mengalami cidera.
Perencanaan
- menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cidera yang dialami.
Pelaksanaan Pengobatan Evaluasi
- Secara prinsip seperti pula pada cidera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu prinsip pengobatan pada kondisi akut mempunyai program yang sangat terkenal yaitu berikan RICE, yaitu ;
R: REST
jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh. Periode perawatan kritis dilakukan selama 24–48 jam pertama setelah terjadinya injury dan klien perlu membatasi atau mengurangi aktivitas dan mengistirahatkan bagian tubuh yang keseleo. Gunakan bagian tubuh yang mengalami luka secara bertahap sesuai dengan toleransi, dengan mencoba menghindari aktivitas apapun yang dapat menyebabkan nyeri.
I: ICE
Yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi dan agar terjadi vasokonstriksi. Selama 48 jam pertama setelah injury, kompres es diberikan selama 15-20 menit setiap 3–4 jam, biarkan temperature kulit kembali normal sebelum kembali memberikan kompres es. Bungkus es dengan handuk tipis demi kenyamanan klien. Jangan memberikan kompres es lebih dari 20 menit karena dapat mengganggu sirkulasi darah dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pemberian kompres dingin/es akan “menyempitkan” pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi nyeri dan edema (bengkak).
C: COMPRESSION
Yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan. Daerah yang sakit dibalut dengan balutan kompresi elastic untuk meminimalkan efusi, menyangga daerah tersebut, dan memberikan rasa nyaman.
Balut area yang mengalami injury dengan menambahkan balutan pada daerah sekitar injury, kurang-lebih 1,5 kali lebar balutan. Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung. Balutannya harus rapi dan pas, tetapi tidak boleh terlalu ketat dan menjerat karena akan mengganggu sirkulasi darah pada ekstremitas Pemantauan status neurovaskuler ekstremitas merupakan fungsi keperawatan yang sangat penting.
E: ELEVATION
Yaitu menaikan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung. Ekstremitas yang mengalami cedera ditinggikan sampai setinggi jantung untuk mengontrol pembengkakan dan memungkinkan istirahat. Tinggikan pada malam hari dengan meletakkan bantal di bawah daerah injury.
Dan hindari HARM, yaitu
H: HEAT, peberian panas justru akan meningkatkan perdarahan.
A: ALCOHOL,akan meningkatkan pembengkakan.
R: RUNNING, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera.
M: MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.
CONTOH-CONTOH CIDERA OLAH RAGA :
- Pemeriksaan gerak aktif.
- Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan.
Diagnosis
- menentukan daerah mana dan bagian apa yang mengalami cidera.
Perencanaan
- menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cidera yang dialami.
Pelaksanaan Pengobatan Evaluasi
- Secara prinsip seperti pula pada cidera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu prinsip pengobatan pada kondisi akut mempunyai program yang sangat terkenal yaitu berikan RICE, yaitu ;
R: REST
jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh. Periode perawatan kritis dilakukan selama 24–48 jam pertama setelah terjadinya injury dan klien perlu membatasi atau mengurangi aktivitas dan mengistirahatkan bagian tubuh yang keseleo. Gunakan bagian tubuh yang mengalami luka secara bertahap sesuai dengan toleransi, dengan mencoba menghindari aktivitas apapun yang dapat menyebabkan nyeri.
I: ICE
Yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi dan agar terjadi vasokonstriksi. Selama 48 jam pertama setelah injury, kompres es diberikan selama 15-20 menit setiap 3–4 jam, biarkan temperature kulit kembali normal sebelum kembali memberikan kompres es. Bungkus es dengan handuk tipis demi kenyamanan klien. Jangan memberikan kompres es lebih dari 20 menit karena dapat mengganggu sirkulasi darah dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pemberian kompres dingin/es akan “menyempitkan” pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi nyeri dan edema (bengkak).
C: COMPRESSION
Yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan. Daerah yang sakit dibalut dengan balutan kompresi elastic untuk meminimalkan efusi, menyangga daerah tersebut, dan memberikan rasa nyaman.
Balut area yang mengalami injury dengan menambahkan balutan pada daerah sekitar injury, kurang-lebih 1,5 kali lebar balutan. Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung. Balutannya harus rapi dan pas, tetapi tidak boleh terlalu ketat dan menjerat karena akan mengganggu sirkulasi darah pada ekstremitas Pemantauan status neurovaskuler ekstremitas merupakan fungsi keperawatan yang sangat penting.
E: ELEVATION
Yaitu menaikan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung. Ekstremitas yang mengalami cedera ditinggikan sampai setinggi jantung untuk mengontrol pembengkakan dan memungkinkan istirahat. Tinggikan pada malam hari dengan meletakkan bantal di bawah daerah injury.
Dan hindari HARM, yaitu
H: HEAT, peberian panas justru akan meningkatkan perdarahan.
A: ALCOHOL,akan meningkatkan pembengkakan.
R: RUNNING, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera.
M: MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.
CONTOH-CONTOH CIDERA OLAH RAGA :
1. ROBEKAN OTOT (strain) dan ROBEKAN LIGAMENT (sprain)
Tanda-tanda :
- rasa nyeri yang umum.
- bengkak dan memar.
Strain diklasifikasikan berdasarkan berat rignannya :
- Derajat I : regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal.
- Derajat II : regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri danbengkak.
- Derajat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.
Pada prinsipnya pertolongan pertama :
- RICE
- Balut tekan (pressure bandage).
- Bantu dengan tongkat atau kruk.
- Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap.
Bagaimana mencegahnya :
- jangan lalai berikan latihan stretching, latihan ini meningkatkan kelenturan.
- jangan coba melakukan latihan terlalu banyak/cepat.
Tanda-tanda :
- rasa nyeri yang umum.
- bengkak dan memar.
Strain diklasifikasikan berdasarkan berat rignannya :
- Derajat I : regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal.
- Derajat II : regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri danbengkak.
- Derajat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.
Pada prinsipnya pertolongan pertama :
- RICE
- Balut tekan (pressure bandage).
- Bantu dengan tongkat atau kruk.
- Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap.
Bagaimana mencegahnya :
- jangan lalai berikan latihan stretching, latihan ini meningkatkan kelenturan.
- jangan coba melakukan latihan terlalu banyak/cepat.
2. CRAMPS
Tanda :
- nyeri otot yang sangat dan spasme.
- keringat yang berlebihan.
- tidak bereaksi terhadap massage atau stretching.
Pertolongan :
- angkat korban ke daerah yang lebih dingin.
- Kemudian kram dihilangkan dengan massage.
Tanda :
- nyeri otot yang sangat dan spasme.
- keringat yang berlebihan.
- tidak bereaksi terhadap massage atau stretching.
Pertolongan :
- angkat korban ke daerah yang lebih dingin.
- Kemudian kram dihilangkan dengan massage.
3. PATAH TULANG
Tanda :
- adanya ruda paksa.
- nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
- Hilangnya fungsi.
- Terdapat perubahan bentuk.
- Nyeri tekanan/ketok.
- Gerakan-gerakan abnormal.
Pertolongan :
- atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
- Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat.
- Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras.
- Massage/ diurut sama sekali dilarang.
- Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut.
Tanda :
- adanya ruda paksa.
- nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
- Hilangnya fungsi.
- Terdapat perubahan bentuk.
- Nyeri tekanan/ketok.
- Gerakan-gerakan abnormal.
Pertolongan :
- atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
- Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat.
- Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras.
- Massage/ diurut sama sekali dilarang.
- Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut.
4. KESELEO (strain pergelangan kaki)
- ligamen yang putus (partial/total).
- kadang-kadang dislokasi.
Tanda :
- sakit pada sendi.
- rasa putus.
- fungsi menurun.
- bengkak.
- hematoma.
Penyebab :
- trauma /gerakan yang keras pada pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM.
Pengobatan :
- RICE.
- Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan menumpu berat badan.
- Gips, boleh jalan setelan 21 hari.
- Kompres es 3 – 4 kali sehari.
- elevasi.
- ligamen yang putus (partial/total).
- kadang-kadang dislokasi.
Tanda :
- sakit pada sendi.
- rasa putus.
- fungsi menurun.
- bengkak.
- hematoma.
Penyebab :
- trauma /gerakan yang keras pada pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM.
Pengobatan :
- RICE.
- Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan menumpu berat badan.
- Gips, boleh jalan setelan 21 hari.
- Kompres es 3 – 4 kali sehari.
- elevasi.