Metode
Identifikasi Pemuncakan
Identifikasi
pemuncakan merupakan hal yang sulit dan masih dalam perdebatan. Salah satu
kriteria yang cukup obyektif
kelihatannya berada pada dinamika prestasi “atlit itu sendiri” (Matvev.
Et.al.,1974). Para atlit (N = 2300),
dari nomer lari cepat dan jarak menengah dipakai sebagai subyek penelitian
longitudinal yang dikaitkan dengan pembentukan/penyusunan daerah untuk
penghitungan untuk pemuncakan. Berpedoman pada prestasi terbaik seseorang
ditahun-tahun sebelumnya sebagai angka acuan (atau 160 %) daerah hasil yang
tinggi dipertimbangkan terdiri atas prestasi tidak kurang dari 2% dibawah angka
acuan. Hasil menengah berada
diantara waktu 2 – 3,5% dari prestasi terbaik,sedangkan daerah ketiga. Akhirnya
daerah terakhir atau keempat berisikan hasil yang jelek atau prestasi yang
memiliki deviasi kurang dari 5% dari hasil terbaik tahun-tahun
sebelumnya.penulis selanjutnya memberika kesimpulan: bahwa apabila seorang
atlit dapat mencapai prestasinya diantara 2% (daerah pertama) penampilan
terbaiknya dan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa seorang atlit tersebut
berada pada bentuk olahraga yang tinggi, artinya mendekati prestasi puncaknya.
Dari segi pemuncakan dapat dengan mudah dipermudah dan prestasi yang luar biasa
pun dapat dicapainya.
Apabila prestasi yang dicapai berada pada
daerah pertama, penyesuaian organisme terhadap rangsangan latihan adalah sudah
menyeluruh. Reaksi terhadap rangsangan latihan adalah tetap dan hasilnya
kecepatan denyut jantung yang diambil pada pagi hari secara konsisiten mencapai
tingkat kecepatan yang rendah. Tambahan lain, data obyektif lainnya dapat
dipertimbangkan sehinggga perkiraan yang lebih tepat dari keadaan
latihan-latihan dapat ditetapkan. Ghibu et al (1978) memberikan saran dalam
pelaksanaan suatu tes, tes biokimia pada air seni, sonometry ( perkiraan tidak
langsung pada tekanan intra seluler dari penentuan pada hambatan bola mata
terhadap pengaruh suatu daya yang diterima,(Dorlan’s- Medical dictionary,
1974). Tes handgrip dynamometer, EKG istirahat, aerobic dan anaerobic
power test dan interval tekanan sistolik. Tegasnya tes yang khusus harus
dilakukan oleh atlitnya. Data dari berbagai fase pertandingan dikumpulkan dan
dibandingkan. Apabila semua angka tersebut sangat tinggi pelatih diberi tahu
bahwa atlitnya berada pada keadaan latihan yang sangat baik.
Pemecahan
juga dapat diketahui dengan interprestasi data subyektif, seperti perasaan yang
bersifat subyektif. Kewaspadaan, optimis, selera makan baik, tidur yang pulas,
keinginan yang tinggi dalam latihan dan pertandingan, dan mudah dalam segala
hal yang dilakukan atlit. Hal yang sangat penting adalah bahwa seorang pelatih
harus juga dalam kondisi yang baik. Tingkah laku pelatih, optimis, percaya
diri, semangat keberaniaan dan kegembiraan juga menunjukkan suatu persyaratan
yang penting untuk pemecahan prestasi atlit, khususnya apabila hubungan mereka
sangat dekat. Peran pelatih tidak hanya dalam latihan saja, dia juga
bertanggung jawab untuk mengantarkan atlit ke bentuk pedagogis yang tinggi
sebaik mungkin. Secara psikologis, pelatih juga harus memulai keseimbangan yang
baik dan tenang, dapat menyembunyikan
emosinya menjelang pertandingan. Tingkah laku yang dikontrol dengan baik
memiliki dampak yang sangat besar terhadap atlit. Hal yang sama pelatih harus
berusaha menetralisir semua bentuk tekanan yang dating (teman sejawat,
keluarga, pekerjaan, konflik dalam kelompok dll) yang mungkion dapat
mempengaruhi prestasi atlitnya.
Jangka Waktu
Mempertahankan Pemuncakan
Karena data penelitian yang berkaitan dengan aspek latihan
hampir tidak ada maka diantara pelatih dan atlitpun selalu timbul perbedaan
pendapat yang cukup serius. Sering terjadi perbedaan yang timbul, bahwa seorang
dapat berada pada puncaknya dalam sekali setahun dan suatu hari kiranya tetap
menjadi suatu kesan dalam fikiran beberapa orang saja. Karena fase bentuk olah
raga dan pemuncakan tergantung dari fakto-faktor fisiologis, psikologis dan
sosiologisnya. Ini menjadi kesukaran dalam membuat pernyataan-pernyataan yang
pasti terutama yang berhubungan dengan jangka waktunya. Oleh karena itu lebih
aman disebutkan bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk pemecahan sangat
individual. Program latihan individual yang diikuti atlit, jangka waktu dan
jenis latihan yang dilaksanakan selam persiapan. Keduanya memiliki pengaruh
yang kuat terhadap jangka waktu pemecahannya. Semakin lama dan semaikin tampak
pada fase persiapan, akan semakin tinggi kemungkinan untuk mempertahankan
bentuk olahraganya dan konsekuensinya pada pemuncakannya.
Apabila kita membicarakan masalah ini, hal itu sulit untuk
dipisahkan dengan pemuncakan dari olahraga seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Bentuk kurve olahraga yang tinggi selama atlit memiliki kpasitas
kerja dan psikologis yang samgat tinggi. Itu berada pada daerah pertama apabila prestasi atlit berada 2% dari
prestasi puncak sebelumnya. Menyimpulkan bahwa pelatih akan mengarahkan dan
mengatur program latihan yang bmencukupi untuk jangka waktu dari daerah pertama
diantara 1-2,5 bulan ( Matvev, 1974 ). Oleh karena itu selama waktu ini,
2-3 pemuncakan dapat dipermudah. Kalau
lebih tinggi lagi rekor prestasi yang dicpai. Itu disarankan bahwa selama masa
waktu pemuncakannya 7-10 hari sejak kapasitas kerja optimal sel syaraf akan
dapat dipertahankan selama waktu itu ( Ozolin, 1971). Secara nyata setelah
setiap pemuncakan untuk suatu pertandingan yang top, rtegenerasi yang pendek
benar-benar dipertahankan baru kemudian diikuti latihan. Kekurangannya waktu
untuk daerah satu kelihatannya dikurangi. Pendekatan ini mungkin mengingatkan
pada kebutuhan untuk merubah tekanan/stress dengan regenerasi dalam latihan
secara dramatis.
Waktu pemuncakan
seperti pada daerah satu, dipengaruhi noleh jumlah awal atau pertandingan yang
harus dihadapi atlit, semakain lama fase regenerasi pertandingan mingguan,
semakin rendah kemungkinan untuk mengulangi hasil yang tinggi. Sebagian besar
pertandingan diarahkan untuk mencapai prestasi yang baik dan tahapan yang lebih
tinggi sering menjadi pengaruh yang bertolak belakang. Hasil menurun menjelang
fase akhir pertandingan, apabila pertandingasn selalu direncanakan. Dari hasil mikro
ke 8 dengan sejumlah pertandingan sering diawali dengan fase yang kritis
(Bompa, 1968). Ini tidak perlu diartikan bahwa prestasi akhir fase pertandingan
harus dicapai, sebaliknya fase harus mengingatkan pelatih untuk melakukan
perubahan latihan yang lebih baik semata-mata dengan aktivitas regenerasi.
Tambahan lagi bahwa pernyataan diatas mungkin dapat membawa perhatian pelatih
terhadap alat pemulihan, dan perencanaan pertandingan –pertandingan selama fase
sebelum dan selama fase latihan. Hal yang sama penting bagi pelatih di akademi
khususnya untuk cabang olahraga dengan kalender pertandingan benar-benar diakui
dengan sjumlah pertandingan bahkan terjadi selam fase persiapannya. Sebagai
suatu metode pentinguntuk dapat menjamin penambahan yang cukup adalah menambah
waktu daerah, konsekwensinya adalah kemampuan untuk pemuncakan. Untuk
menghilangkan stress yang dialami atlit, pelatih dapat mengguinakan indek
pemuncakan (lihat bab perencanaan). Dengan melakukan pemanbahan
pertandingan-pertandingan sangat penting untuk kepentingan sekunder, seseorang
akan meningkatkan bentuk gelombang naik pada kurve pemuncakan, mengikuti
tekanan dalam regenerasi. Hal yang sama pendekatan yang maksimal dlam
merencanakan pertandingan kearah suatu bukti bahwa silklus makro pertandingan
hendaknya selalu berakhir dengan pertandingan yang sangat penting sekali,
dimana hal itu akan memberikan jaminan atau kemajuan menyusun
pertandingan-pertandingan.
Sebagai suatu metode
penting untuk dapat menjamin pemulihan yang cukup adalah menambah waktu daerah,
konsekwensinya adalah kemampuan untuk pemuncakan, untuk menghilangkan stress
yang dialami atlit, seseorang dapat menggunakan indeks pemunckan. Dengan
melakukan perubahan pertandinga yang sangat sekunder, seseorang akan
meningkatkan bentuk gelombang naik pada kurve pemuncakan, mengganti tekanan
dengan regenerasi. Hal yang sama pendekatan yang rasional dalam merencanakan
pertandingan juga ditemukan kearah suatu bukti bahwa siklus makro pertandingan
hendaknya selalu berakhir dengan pertandingan yang sangat penting sekali,
dimana hal itu akan memberikan jaminan satu kemajuan dalam menyusun
pertandingan. Sejauh perencanaan pertandingan tersebut dipertimbangkan,
kemampuan, pendekatan kelompok (bab VII) tidak hanya membahas fase latihan
dengan periode pertandingan saja, melainkan juga mempermudah perpanjangan
bentuk olahraganya.
Faktor lain yang
penting dan juga menentukan pemuncakan adalah waktu yang ditentukan dalam
mencapai daerah pertama, walaupun memungkinkan berbeda untuk setiap sifat –
sifat yang dimiliki individu atlit secara rat – rata, waktu yang diperlukan
untuk meningkatkan kapasitas seseorang ditingkat pra pertandingan kepada suatu
ketrampilan yang ada pada seri 1, kira- kira 4-6 siklus mikro. Selama 3-4
siklus makro peningkatan yang cepat tidak mungkin terlihat karena kerja keras
umumnya menekankan pada intensitas, akibatnya tingkat kelelahan menjadi tinggi
dan akan membatasi pencapaian prestasi yang baik. Bagaimanapun juga, setelah
1-2 siklus terakhir, apakah atlit telah
beradaptasi terhadap beban latihan, akan mengakibatkan terjadinya kompensasi
yang berlebihan, prestasi yang lebih tinggi adalah mungkin bisa terjadi.
Walaupun waktu fase perpindahan ini – dari prestasi yang lebih rendah ke daerah
1 bervariasi sesuai dengan banyak faktor-faktor itu juga tergantung kepada
spesifikasi cabang olahraga yang bersangkutan dan pelatihlah yang
menyesuaikannya pada latihan. Jadi (Gnibu dkk, 1978) mengemukakan waktu yang
dapat dipakai sebagai beriku: Untuk senam dan polo air 6 siklus mikro, atletik,
dayung, renang, dan gulat kira-kira 4 siklus mikro.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH NEGATIF
PADA PEMUNCAKAN
Pemuncakan merupakan
hal yang khusus dan benar-benar hasil yang diterapkan dari berbulan-bulan kerja
keras program latihan yang direncanakan dengan tepat. Seperti yang dijelaskan
diatas, bahwa keadaan latihan dipermudah oleh berbagai faktor, disamping itu
ada beberapa faktor yang mungkinmemiliki pengaruh yang dapat merusak terhadap
pemuncakan dan itu merupakan tanggung jawab pelatih untuk menyadarinya dan
kemampuan untuk mengontrolnya. Dengan melakukan kal tersebut pelatih akan
berada dalam posisi untuk membatasinya dan konsekwenmsinya adalah meningkatkan pemuncakan.
A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pengorganisasian Pertandingan
Sebelum
ikut serta dalam pertandingan, atlit dan pelatih berada dalam keadaan yang
biasa. Pada kentuyataannya, itu mungkin terjadi bahwa dalam fikiran atlit
memiliki suatu yang ideal dan mungkin mengharapkan suatu keadaan yang sempurna.
Konsekwensinya segala sesuatu perubahan kondisi yang terjadi benar-benar akan
dialami dalam pertandingan, mungkin akan berpengaruh terhadap pemuncakan dan
prestasinya. Faktor-faktor alami seperti angin yang kuat atau hujan lebat
mungkin akam mengganggu batlit yang tidak pernah mengenal sebelumnya. Dalam
olahraga seperti sepeda, dayung, kano, dan sebagainya, angin yang berat dapat
menghambat prestasi atlit. Gelombang yang besar yang disebabkan angin secara
pasti berpengaruh terhadap prestasi pendayung dan atlit kano, khususnya denhan
mereka yang berteknik tinggi. Disamping itu hujan lebat berpengasruh terhadap
prestasi atlit sepeda, jalan cepat, dan olahraga beregu bila dihadapkan pada
permainan dilapangan yang basah. Dalam kondisi tersebut kontrol bola akan
menjadi sulit.
Kualitas salju
mempengaruhi prestasi atlit dengan nyata. Pada ski lintas alam, prestasi puncak
benar-benar tergantung pada kualitas salju dan akibatnya ketrampilan serta
pengalaman menjadi lilin pada papan disesuaikan wujud serta keadaan saljunya.
Hal yang sama juga akan dialami pada suatu temperatur yang luar biasa, iklim
dan ketinggian. Jawaban atas permasalahan diatas adalah melalui model lain yang
akan disusun untuk mempersiapkan dan melatih atlit dalam kondisi semacam itu,
sehingga pemuncakannya tidak secara mendadak dipengaruhi. Pengaruh yang kurang
terasa pada atlit adalah perubahan dalam undian, kepemimpinan yang liar dan
gangguan penonton. Menghadapkan atlit dalam pertandingan, kesan mengerjakan hal
yang sama pada suasana mikro sosial pada pertandingan utama adalah perlu
dipenuhi untuk prestasi puncaknya, apabila suasana mikro sosial berada secara
nyata dengan kebiasaan yang biasa dialami oleh atlit.
B. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Keadaan Atlit
Pelatih dapat
mengamati dan oleh karena itu memiliki pengawasan langsung terhadap atlit hanya
selama jam-jam latihan. Bagaimanapun juga itu adalah tanggung jawab untuk
memberikan pengaruh yang positif, apakah itu waktu latihan maupun diluar
jangkauan pengawasannya, sering ditemukan bahwa tingkah laku dan gaya hidup
mengungkapkan suatu kontradiksi dengan ukuran moral olahraga. Tingkah laku yang
negatif dapat berpengaruh pada kapasitas kerja serta pemuncakan seseorang.
Diluar latihan dan gaya hidup, seperti tidur yang kurang mencukupi, penggunaan
alkohol, merokok, makan tiddak bergizi dan sejenisnya memberikan pengaruh yang
merusak kepada keadaan latihan. Hal yang sama akibat dari ketidakpuasan dengan keluarga, pelatih, teman sejawat,
sekolah/tempat kerja dan lain-lain, mencerminkan gambaran negatif dalam sikap
seseorang selama latihan dan pertandingan yang mengakibatkan prestasi yang
tidak memadai. Dalam cabang olahraga dimana resiko serta inisiatif yangb kuat
menjadi suatu keharusan, takut bertanding atau cidera, menurunkan kontrol diri
seseorang akan mengarah pada suatu perasaan rendah diri yang komplek. Ini
mungkin berperan sebagai penampilanm seseorang. Oleh karena itu pelatih harus
mengamati atlitnya menghimpun informasi dari seseorang yang dekat dengan atlit
dan membuat semua kemungkinan untuk menoreksi sikap maupun tingkah laku yang
negatif.
C. Faktor-Faktor yang berpengaruh Dengan
Latihan Dan Pelatih
Program latihan yang
direncanakan tidak tepat dengan intensitas kerja yang terlalu tinggi, terlalu
cepat dalam peningkatan beban latihan atau terlalu banyak jadwal pertandingan
yang akan diikuti, buakan saja merupakan tekanan serta pemborosan tetapi juga
akan merusak pemulihan yang mencukupi, selain itu jugaterlihat dengan jelas
apabila fase pertandingan disusun terlalu panjang. Dalam keadaan seperti itu,
mempertahankan daerah 1 dan pemuncakan yang tepat untuk pertandingan utama
(umumnya pada akhir fase) hampir tidak memungkinkan. Pengabaian terhadap
kebutuhan pertukaran kerja dengan
regenerasi, bukan saja akan mengurangi kemampuan pemuncakan seseorang tetapi
mungkin dapat menimbulkan cidera, seandainya atlit dihadapkan terhadap sejumlah
banyak tekanan-tekanan kemungkinan mengalami overtraining yang lebih tinggi.
Pengetahuan pelatih,
sikap, dan tingkah laku, juga kemampuan dan ketidakmampuannyauntuk menutupi
emosi pribadi dan frekuensinya, juga akan berpengaruh terhadap prestasi
atlitnya. Kehilangan percaya diri pada kemampuan dan pengetahuannya, khususnya
kalau mental menjelang pertandingan utama, secara nyata akan merusak prestasi
atlitnya dan selanjutnya terhadap pemuncakan dalam pertandingan yang diikuti.
Upaya pemulihannya sedikit sederhana, pengetahuan latihan lanjutan secara
perorangan, memperbaiki kontrol diri, jujur serta memberi tahu atlit untuk
mencari pelatih yang lebih baik.
KEADAAN OVERTRAINING
Pemuncakan seperti
yang disebutkan diatas adalah suatu hal yang biasa atau merupakan akibat yang
positif dari pengarahan program latihan yang diorganisisr secara baik dan
metodis. Sejauh tuntutan latihan terpenuhi atau sedikit melebihi kapasitas
kerja atlit (jarang terjadi). Seseorang akan mengalami perbaikan dalam berbagai
macam faktor latihannya. Sebagai hasil dihadapkannya atlit kepada rangsangan
latihan, organisme akan mengalami kelelahan, tetapi dalam keadaan normal,
kelelahan tersebut akan hilang dalam waktu antara 12-24 jam.
A. Penyebab Dan Usaha Mengetahuai
Overtraining
Overtraining
merupakan keadaan latihan yang patologis, itu merupakan akibat dari pengabaian
resiko kerja dengan pulih asalnya dan menghadapkan atlit kepada intensitas
rangsangan yang tinggi, apabila dia dalam suatu keadaan yang lelah. Rasio pulih
asal adalah fungsi intensitas dari suatu
perangsangan. Berkawanan denga rangsangan sub maksimal atau medium, intensitas
yang tinggi membutuhkan waktu regenerasi yang lebih lama. Apabila pelatih tidak
memberikan berhatian yang sungguh-sungguh terhadap rasio kerja pulih asalnya,
keseimbangan diantara keduanya akan menjadi terganggu. Sebagai akibat dari
keadaan lelah, seorang atlit tidak akan tertanggulangi. Kompensasi yang
berlebihan tidak akan menjadi dan mungkin dia akan mencapai keadaan yang sangat
meletihkan. Apabila pelatih lupa untuk melakukan pengukuran atau prenilaian
yang cukup walaupun pada waktu yang sudah terlambat, maka berdasarkan sisa
kelelahan yang akut dan keletihan yang luar biasa, akan berakibat terjadinya
keadaan overtraining.
Atlit dihadapkan
kepada variasi tekanan yang tinggi dan latihan yang selalu merugikan. Apabila
semua tekanan dimana atlit dihadapkan (kerja, keluarga, sejawat dll) kepada
beban latihan berat yang melebihi kapasitasnya, dia akan mencapai keadaan
overtraining. Itu sudah jelas, bahwa organisme atlit tidak dapat diregenerasi
dari overtraining sepanjang penyebabnya tidak dapat dihilangkan. Tabel 11
menunjukakan berbagai bentuk penyebab pada overtraining. Mengenal ini semua serta
melakukan pengukuran yang cukup, pelatih dapat dengan mudah untuk menghindarkan
nkeadaan yang tidak diinginksn dari overtraining. Atlit itu sendiri merupakan
faktor yang penting dalam menyusun keberhasilan atau kegagalan dalam suatu
program. Ini merupakan tangguing jawab pelatih untuk mengenal atlit dengan
beban yang berlebihan dan berbahaya dari latihan yang tidak bervariasi disebut
dengan gaya hidup seseorang.ini akan merusak rasio kerja dengan regenersai yang
akan mengarah kepada overtraining.
Akibat yang nyata
dari overtraining adalah penurunan kapasitas dari prestasi seseorang seperti
gejala-gejala insomnia, selera yang kurang, banyak berkeringat, dan bahkan
keluar air mani dimalam hari. Pelatih dapat menendai gejala overtraining
melalui cara pemeriksaan harian dan catatan yang dibuat atlit dalam jurnal
latihannya. Identifikasi keadaan overtraining dipermudah melalui cara
konsultasi gejala yang digambarkan pada tabel 12.
Tabel 12. gejala yang mempermudah
identifikasi overtraining (berdasarkan Bompa (1969), Ozolin (1971) dan harre
(1981).
No
|
Psikologis
|
Motor dan Fisik
|
Fungsional
|
A
|
Eksitabilitas meningkat
|
Koordinasi
-peningkatan tensi otot
-kesalahan yang diulangi pada hal yang
sudah diperbaiki
-penampilan gerak berirama tidak
konsisten
-penurunan kapasitas membedakan
kesalahan dan teknik koreksi
|
-tak bisa tidur
-hilang selera
gangguan pencernaan
-mudah berkeringat
penurunan kemampuan yang vital
pulih asal jantung lebih lama dari
noirmal
-mudah terkena infeksi kulit dan
jaringan
|
B
|
Penurunan Konsentrasi
-irrascible
-sangat peka terhadap kririk
-cenderung memisahkan diri dari pelatih
dan teman satu tim
-tidak punya inisiatif
-depresi
-hilang percaya diri
|
Persiapan fisik
-penurunan tingkat kecepatan, kekuatan
dan daya tahan.
-kecepatan
pulih asal lambat
-penurunan
waktu reaksi
|
|
C
|
Semangat
-hilang daya juang
-takut bertanding
cenderung cepat menyerah terhadap
rencana taktik atau keinginan keinginan berjuang dalam bertanding
|
Cenderung mendapatkan cedera dan
kecelakaan
|
|
B. Pengobatan Dan Pencegahan Overtraining
Apabila keadaan
overtraining sudah diketahui, latihan harus dikurangi atau dihentikan segera
dijelaskan dari segala penyebabnya. Kalau keadaan ini sangat luar biasa,
latihan harus benar-benar ditiadakan, atlit diistirahatkan dari perangsangan
latihan serta dari kesibukan lingkungan sosialnya. Pelatih serta dokter ahli
adalah sangat penting untuk saling konsultasi untuk menanggulangi keadaan
tersebut. Kalau keadaan tersebut masih sedang-sedang saja dan latihan hanya perlu
dikurangi, atlit jangan dihadapkan pada bentuk-bentuk tes dan pertandingan.
Konsekwensinya, rangsangan latihan yang tinggi harus benar-benar dibatasi dari
latihan maupun gaya hidupnya. Istirahat yang aktif (latihan ringan dengan
suasana yang berbeda). Disarankan untuk dilakukan bahkan bagi atlit yang
menderita terlalu berat, karena penghentian latihan yang mendadak. Justru akan
tidak bermanfaat terhadap kebiasaan organisme pada keterlibatan fisik yang
menyeluruh.
Israel (1963)
menyebutkan 2 jenis overtraining. Pertama disebut dengan Hasedowoid yang
merupakan akibat tekanan atau rangsangan yang berlebihan pada proses emosional
seseorang. Istilah ini dipinjam dari istilah penyakit Basedow yang ditandai
dengan peningkatan kecepatan dalam metabolisme ( proses fisik dan kimiawi dalam
organisme ), serta percepatan denyut nadi, berkeringat, gejala syaraf, peka
gangguan, kegelisahan dan gangguan fisik. Jenis ini umunya terjadi akibat
pembebananyang berlebihan pada intensitas rangsangan yang tinggi dalam latihan
serta daya konsentrasi seseorang. Jenis kedua adalah Addisonoid yang
diakibatkan pada peningkatan dalam proses hambatan seseorang yang merupakan
akibat volume latihan yang sangat berlebihan, istilah inipun diambil dari
istilah sakit addison yang ditandai oleh anemia bertahap, tekanan darah rendah,
gangguan pencernaan dan selanjutnya.
Disamping akibat
beban latihan yang berlebihan dan mendadak, ini ditandai juga dengan
terlampauinya kapasitas kerja dan penyesuaian seseorang. Kedua jenis tersebut
dapat dipermudah melalui jenis sistem syaraf seseorang ( Harre, 1981 ).
Pengobatan
overtraining bersandar pada prosesse persyarafan, eksitasi dan inhibisi seperti
dikemukakan pada tabel.
Sejauh usaha
pencegahan terhadap keadaan overtraining, seseorang harus memastikan bahwa
prinsip-prinsip latihan tertentu (seperti peningkatan beban latihan yang
bertahap), serta pertukaran yang cepat antara kerja dengan istirahat hendaknya
dengan pasti harus diikuti. Untuk meningkatkan kecepatan pulih asal antara jam
latihan dan setelah pertandingan seseorang harus meningkatkan teknik pemulihan
asalnya. Tambahan lain melalui penelaahan jurnal latihan atlit secara berkala,
pelatih dapat mendeteksi gejala kelelahan luar biasa serta latihan sepanjang pengalaman
waktunya. Jadi akan memungkinkan kepadanya untuk menukar program-program
latihan itu dan menghindarkan munculnya overtraining. Diskusi yang serius
dilakukan dengan atlit berdasarkan saling percaya mempercayai dan kejujuran
mungkin merupakan cara diskusi lain tentang bagaimana setiap individual
merasakan dan beraksi terhadap latihan.
BAB VI
PULIH ASAL
ORGANISME SETELAH LATIHAN DAN PERTANDINGAN
Pada umumnya atlit
elit/top membutuhkan 2-3 kali latihan setiap harinya. Dalam keadaan seperti itu
atlit mungkin dipaksa untuk melewati norma fisiologis dan psikologis dengan
demikian dapat mengakibatkan degenerasi fungsi organisme serta menuntunkan
kapasitas kemampuannya. Seluruh tuntutan yang ditanggung oleh atlit mungkin
menjadi bertambah dengan pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Setiap keadaan
akan memacu tekanan-tekanan yang bersifat fisiologis dan psikologis yang
berpengaruh terhadap latihan dan khususnya terhadap kapasitas atlit untuk
melakukan ulangan-ulangan latihan atau beban latihan dalam waktu yang pendek.
Oleh karena itu untuk menaggulangi keadaan tersebut, seseorang harus mampu
mempertahankan keseimbangan yang baik antara latihan, gaya hidup, dan kecepatan
pulih asalnya.
Setelah latihan
seseorang akan mengalami kelelahan. Semakin tinggi derajat kelelahan akan
semakin besar pula pengaruhnya setelah latihan seperti: kecepatan pulih asal
rendah, koordinasi yang jelek, penurunan dalam kecepatan, serta kontraksi
ototnya. Kelelahan fisiologis yang normal sering ditampakkan dengan kelelahan
emosional yang kuat, khususnya setelah bertanding, untuk itu dibutuhkan waktu
pulih asal yang lebih lama.
Dalam latihan masa
sekarang, pelatih dan para ahli kepelatihan harus selalu berusaha untuk
menemukan metode yang dapat memberikan seseorang untuksampai pada faktor
penentunya dalam latihan, seperti juga dalam meningkatkan prestasinya. Salah
satu cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui
penggunaan teknik pulih asal. Pulih asal harus benar-benar dimengerti dan
secara aktif ditingkatkan, sahingga akan menjadi faktor yang menentukan dalam
latihan.
Upaya pelatih untuk
meningkatkan tuntutan latihan dan memasukkan intensitas rangsangan yang lebih
tinggi tidak selalu memiliki usaha yang sepadan apabila dikaitkan dengan
kemampuan regenerasi setelah latihan dan pertandingan. Hal yang sama, adalah
miskinnya sejumlah penelitian yang memfokuskan pada faktor yang sangat penting
dalam pemulihan dan tidak lebih adil lagi karena pulih asal yang tepat akan
mempercepat kecepatan regenerasi diantara latihan-latihan, mengurangi
kelelahan, meningkatkan kompensasi yang berlebihan, memberikan kemudahan untuk
memakai beban berat dalam latihandan bahkan menemukan jumlah dan frekuensi cedera
( apabila lelah, koordinasi terganggu dan konsentrasi rendah serta mengarah
kepada kontrol gerakan yang jelek pada umunya).
Latihan dan
istirahat, keduanya merupakan hal yang khas dan merupakan komponen yang
diperlukan dalam latihan. Dan bila seseorang ingin memperoleh kesuksesan yang
tinggi, harus menganggap keduanya sama penting. Secara optimal proses latihan
yang berkelanjutan harus disusun sehingga jam latihannya berada selama fase
kompensasi yang berlebihan dari latihan sebelumnya. Karena jarang sekali
terjadi pulih asal yang penuh diantara jam latihan, pelatihpun juga harus
sama-sama memikirkan cara-cara yang berada dalam pulih asal. Atlitpun juga
harus sam-sama memikirkan hal tersebut diatas. Jadi dalam latihan yang tidak
terawasi, merupakan hal yang jelas keliru, oleh karena itu kessadaran atlit
terhadap gaya hidup yang seimbang akan penting untuk keberhasilannya.
Pemahaman teknik
pulih asal ini harus menjadi suatu kebiasaan. Mereka harus disesuaikan dengan
proses penyesuaian biologis terhadap tuntutan latihan serta pertukaran yang
tepatr antara kerja dan regenerasinya. Kalau sudah terbiasa, hendaknya teknik
pulih asal ini tidak hanya dibatasi karena latihan dan pertandingan saja,
melainkan harus melaksanakan setiap hari. Dalam hal ini, seseorang tidak hanya
mampu regenerasi setelah suatu rangasangan latihan yang dilakukan, tetapi juga
bermanfaat untuk terapi, pencegahan, menghambat kemungkinan kelelahan yang akut
dan latihan yang berlebihan. Perkembangan yang sama harus diberikan juga kepada
berbagai siklus latihan ( seperti siklus mikro), dimana pertukaran intensitas
pembebanan latihan yang tinggi dengan yang rendah harus dilaksanakan secara
berkesinambungan. Hal yang sama apabila merencanakan siklus mikro, pelatih
jangan sampai melakukan prinsip penambahan beban latihan yang bertahap dalam
latihannya, dimana siklus terakhir merupakan suatu tahap terjadinya regenerasi
(gambar : 11 ). Selanjutnya fase peralihan dalam rencana tahunan harus memiliki
tahapan regenerasi sebagai tujuan utama dalam menghadapi perencanaan yang baru.
Sedngkan pada perencanaan 4 tahun, tehun sesudah olimpiade memiliki tujuan yang
sama pula.
A.
Pertimbangan teoritis proses pulih asal
Proses
pulihasal adalah multidimensional dn tergantung dengan berbagai macam faktor. Dengan
mengetahuinya, pe;atih dapat menerapkan teknik pulih asal dengan selektif
sesuai dengan sifat individualnyamasing-masing. Pertimabgan-pertimbangan
tersebut adalah:
(1) Usia berpengaruh kepada kecepatan pulih
asal (Dragan dan Stanescu, 1971) Atlet yang lebih muda (18-22 th) akan
membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan setelah latihan yang intensif atau
pertandingan, karena mereka memiliki cadangan biologis yanbg lebih banyak.
(2) Pengalaman memainkan peranan yang penting,
karena semakin berpengalaman seorang atlet akan dapat menyesuaikan dan mengatur
lebih cepat terhadap rangsangan yang diberikan. Seperti atlet yang meiliki
dasar pengalman latihan yang lama dan kuat, dapat menanggulangi tekanan yang
lebih baik, artinya memiliki kemampuan kecepatan pulih asal yang efektif.
(3) Derajat latihan bentuk olahraga
mempengaruhi percepatan pulih asal. Seorang atlet yang berda pada status
latihanyang tinggi, memiliki reaksi fungsional yang kurang dramatis terhadap
rangsanga latihan yang diberikan. Konsekuensinya atlet memmerlukan sedikit
waktu untuk menyesuaikannya.
(4) Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi
kapasitas pulih asal seseorang (Demeter, 1972). Atlet wanita cenderung memiliki
kecepatan pulih asal yang lebih lambat dibandingkan pria, khususnya setealah
latihan yang intensif (contohlatihn kekuatan). Ini terutama disebabkan adanya
perbedaan sistem vegetatif indokrin.
(5) Faktor Cuaca, ketinggian tempat berlatih
dan perbedaan waktu latihan mungkin merusak kecepatan pulih asal atlet dan
pelatih harus memikirkan ini, apabila merencanakan jam atau jadwal altihan.
Demeter (1972) juga
menyebutkan, bhwa pulih asal fisiologis tergantung faktor berikut:
(1) Kecepatan prgantian zat-zat tenaga pada
tingkat sel (sintesis ATP-PC)
(2)
Pencapaian homeostatis atau status biologis yang
normal, dan fungsi tubuh utama(sirkulo respiratory, endokrin dan system syaraf).
(3) Keterbatasn produk metabolisme (pembakaran
zat makanan) dari sel dan organisme
Dinamika pulih asal tidak
membentuk suatu kurva yang linier (Florescu, dkk., 1969); melainkan merupakan
suatu kurva yang secara cepat turun pada sepertiga pertama (70%) dan semakin
kurang rastis selama sepertiga kedua (2%) dan
ketiga (10%).
Faktor lain yang memberikan
kemudahan terhdap pulih asal seseorang. Jadi melalui latiohan, seorang pelatih
dan atlet harus menghindarkan suatu penamnpakan emosi yang negati atau perasaan
seperti takut, keraguan, kurang memiliki kemauan dan tekad yang kuat, dan
sebagainya. Seperti perasaan takut mungkin menjadi suatu tahanan tambahan
terhadap seorang atlet. Jadi merusdak pulih asal. Selama sei pertandingan atau
permainan adalah lebih penting apabila atlet tidak menderita kelelahan fisik
atau psikologis setelah penampilan pertamanya. Kalau hal ini juga terjadi,
penampilan berikutnya jelas akan dipengaruhi. Pencegahan kelelahan ayng dini
mungkin dapat diperoleh melalu penerapan prinsip pembuatan model-model latohan.
Dan aklhirnya apabila menderita kelelahan emosi yang tinggi setelah
pertandingan atau latihan ayng terlalu berat, seseorang harus mencoba merubah
lingkungan latihannya, seperti dalam melakyukan relaksasi psikologisnya.
Gambar diamika kurva pulih
asal
Pulih asal dan berbagi parameter biologis dan alatnya
terjadi dalam suatu hal yang berurutan. Sesuai dengan Dragan (1978) denyut nadi
dan tekanan darah selama 20-60 menit setelah latihan dihentikan dijadikan
sebagai parameter. Selanjutnya pemulihan glukosa terjadi antara 4-6 jam,
protein 12-24 jam, danlemak, vitamin serta enzim lebih dari 24 jam.
Efektifitas teknik pulih asal tergantung dari
bagaimana itu diterapkan. Karena pulih asal sudah menjadi contoh regenerasi
tertentu harus dilakukan setelah setiap season latihan.. bagaimanapun juga,
kelihatannya bahwa kompensasi yang berlebihan lebih dipermudah dan kapsitas
kerja organisme jelas meningkat apabila pengukuran pulih asal diambil 6-9 jam
setelah haripertandingan atau latihan yang sangat intensif (Talyshev, 1977).
Hal yang sama appabila selama setelah hari dimana pertandingan atau tes yang
sangat penting, pernyataan di atas semakin disambung lagi. Disamping itu kalu
latihan atau pertandingan sampai jauh
malam, maka pengukra disrankan pada pagi harinya, sehingga tidak harus
memperlambat waktu untuk tidur. Dan akhirnya, sebelkum memberikan berbagai
macam alat atau metode,peulih asal, penting untuk disebutkan lagi bahwa
kerjasama yang baik antara pelatih dan dokter merupakan keharusan untuk
emmemaksimalkan efektifitas regernarsi atlet serta pencegahan teerhadap
kesalhan konsp. Sama halnya dengan perlunya paramedik yang diperbantukan untuk
menggunakan teknik tertentu (seperti fisioterapi) atau saran-saran yang
berhubungan dengan kemoterapi.
- CARA
DAN METODE PULIH ASAL
1. Pulih Asal
Secara Alami
a. Kinoterapi, suatu terapi
melalui gerakan atau istirahat aktif merupakan cara yang penting dalam pulih
asal dan regenerasi. Dasar ilmiah kinoterapi telah diungkapkan di awal abad ini (1903) sewaktu Setchenov dan
berikutnya Weber (1914) mendemonstrasikan bahwa otot yang lelah dapat
meningkatkan kecepatan pulih asal dan selanjutnya terhadap kapasitas kerja,
apabila selama istirahat, otot yang lain (antagonis) melakukan kegiatan
daripada tidak aktif. Ini dijelaskan melalui efek kompensasi dimana latihan
fisik membuat lelah SSP (Susunan Syaraf Pusat). Melalui pemindahan pusat
eksitasi ke tempat yang lain, pulih asal dari sebelumnya akan meningkatkan
eksitasi yangberlebihan pada pusat syaraf. Pulih asal terjadi lebih
cepat dan lebih efektif dibanding dengan cara istirahat total. Kinoterapi
diterapkan selama fase peralihan, sama halnya selama kelelahan emosional,
apabila yang lain atau “latihan yang meningkat” harus dilakukan (Asmussen,
1936). Hal ini sama, cara pemulihan ini deterapkan juga untuk mencegah
timbulnya kelelahan pada taraf yang tinggi, misalnya pada tingkat besi atau
latihan kekuatan. Jadi latihan yang dilakukan dua kali dalam sehari, latihan
hendaknya dibagi dengan badan atau tubuh bagian atas dan kedua tubuh bagian bawah.
b. Tidur, atau istirahat pasif
secara nyata adalah merupakan cara yang fisiologis untuk memperbaiki kapasitas
kerja organisme. Selama ini dapat kita terima bahwa atlit memerlukan tidur
selama 9-10 jam atau 80-90% waktu malam. Keseimbangan mungkin dicapai dalam sehari,
tetapi dengan catatan tidak mempengaruhi kerja atau jadwal latihan.untuk tidur
atlti harus dibantu oleh ahli faal, sebagai hal yang dilakukan tanpa ada
paksaan sesuai dengan waktu senggang yang tersedia. Sejauh menyangkut tidur di
malam hari, atlit harus mngikuti jadwal dngan penuh semangat serta harus pergi
tidur tidak lebih dari jam 22.30. untuk memberikan kesempatan tidur yang
benar-benar rilek teknik relaksasi, massage, ruangan yang gelap, tenagn serta
udara ayang bersih adalah dperlukan. Disampng itu, kegiatan yang merangsang
emosinya dapat memberikan pengaruh yang merugikan dirinya.
c. Gaya Hidup, pada umumnya
berhubungan dengan keluarga dan teman sejawat, suasana dalam regu mungkin dapat
berpengaruh terhadap kecepatan pulih asal seseorang. Suasana regu yang
bersahabat, waktu senggang yang pantas dan bervariasi dan diskusi-diskusi
dengan pelatih dapat mengembangkan sikap yang baik untuk suatu proses pemecaha
masalah. Sama halnya diskusi ahli psikologi olahraga akan membantu atlit untuk
mengembangkan suatu kerangka emosional dari pribadinya, dan yang baik untuk
memperkuat keinginan, serta membentuk karakter. Sebagai akibatnya, bahwa suatu
keseimbangan yang baik pada gaya hidup dengan kerja yang baiksecara tidak
langsung akan memberikan kemudahan terhadap kecepatan pulih asal.
2. Cara-Cara Fisioterapi Pulih
Asal
a.
Masase, dilakukan dengan cara khusus (manual, mekanis, atau elektrik) akan
memberikan kemudahan dalam membatasi zat-zat beracun (produksi metabolisme
enersi) dari jaringan, mereaktifasi sirkulasi perifer, mempercepat pembuangan,
menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan fungsional dan kegiatan syaraf
otot. Zalessky (1977) menyatakan secara tidak langsung, bahwa massase dalam air
memilki manfaat yang lebih banyak dan menyeluruh terhadap tubuh. Masase sendiri
dapat dilakukan dalam 15-20 menit sebelum latihan (setelah melakukan pemanasan
umum), 8-10 menit mandi sesuai latihan atau 20-30 menit setelah mandi panas
atau sower.
b.
Rangsanga Elektro dan Ultra-Sound, kedua teknik yang disarankan oleh
fisioterapi, sangat bermanfaat terhadap relaksasi seseorang serta usah pulih
asal. Rangsangan elektro terhadap otot memperbaiki perdaran darah local serta
metabolisme pada otot (Zalessky, 1977). Sedang ultrasound yang thermal atau
yang fisio-kimia berpengaruh terhadap jaringan yang lebih dalam, membatasi rasa
sakit pada tendon dan ligament dan memiliki pengaruh anti inflamatorik pada
trauma kecil, yang kadang kala merupakan efek sampingan dari latihan yang
intensif.
c.
Balneo-Hidroterapi, suatu cara yang dilakukan dengan prophilaktik ruang.
Hidroterapi ( mandi dan sower ) memiliki pengaruh reflektis terhadap system
syaraf dan endokrin ( Zalessky, 1977 ), yang juga memiliki pengaruh pada organ
dan jaringan. Sower panas ( 38 – 42* ) dalam 8-10 menit memberikan kemudahan
dalam sirkulasi darah, artinya mempercepat pulih asal. Karena ada efek
relaksitori, mandi panas, sauna dan sower menurunkan reaksi gangguan pada
persyarafan, memperbaiki tidur dan menormalkan proses metabolisme ( Serban,
1979 ). Termoterapi ( sauna, mandi
panas dan sewer ) pada temperature yang tinggi ( 40-80* ) dilakukan sekali
seminggu selama 10 – 15 menit. Pengaruhnya adalah vasodilayasi melalui
persiapan, pembatasan racun dari sel otot akan mengurangi eksibilitas SSP (
Dragan, 1978 ). Wickstrom dan Polk ( 1961 ) menyatakan bahwa termoterapi
semacam itu menghasilkan efek fisiologis yang membutuhkan 2 jam istirahat untuk
mencapainya.
3. Aeroterapi
a. Oksigenoterapi.
Seringkali atlit mengalami kekurangan oksigen yang diakibatkan oleh kebutuhan
oksigen yang tinggi seiring dengan latihan mereka. Dragan ( 1978 ) mengemukakan
bahwa suatu penurunan derajat kejenuhan oksigen sebesar 85% keadaan normal,
akan mengarah menuju penurunan dalam rentangan konsentrasi seseorang. Pada 75%
akan dihadapkan kepada penurunan kekuatan dan pada 70% seseorang akan berada
pada keadaan depresif. Oleh karena itu, untuk menanggulangi penurunan kejenuhan
oksigen dan penambahan pada organisme, latihan dan pernafasan harus juga
dilakukan. Juga menghisap oksigen buatan sebelum dan selama turun minum atau
setelah pertandingan. Hal terpenting bagi atlit adalah meneruskan penyegaran
udara dalam ruang ganti pakaian olahraga untuk menjamin proposisi oksigen yang
sepadan.
b. Aeroinoterapi, didalam
udara atmosfir ada sejumlah partikel yang diisi secara elektro positif dan
negatif (aeroion positif an negatif). Elektro negatif, seperti yang dikemukakan
oleh Dragan (1978), akan memberikan kemudahan pulih asal yang cepat pada
p[eredaran darahdan pernafasasn, merelaksasi sistem syaraf dan psikis serta
dapat meningkatkan kapasitas kerja seseorang. Beberapa cara terapi mungkin
dapat diperoleh melalui cara alami, melalui perawatan pada tempat ketinggian
tertentu atau berjalan kaki melalui taman atau hutan, atau secara buatan
melalui penempatan peralatan di dalam ruang / gedung yang menghasilkan aerion
negatif.
c. Perawatan di Tempat Yang
Tinggi, memiliki efek yang nyata terhadap pulih asal seseorang, mungkin
ditingkatkan apakah itu melelui latihan atau istirahat aktif selama 1-2 pada
suhu sub-alpine. Pada ketinggian ini (600-1000 meter), tekanan atmosfer adalah
rendah serta sinar matahari khususnya ultraviolet memiliki intensitas lebih
tinggi dan lebih lama. Kaedaan seperti ini sangat menyenangkan dan membantu atlit
menjadikan fungsi organnya menjadi lebih baik, artinya memberikan kemudahan
pulih asal yang lebih cepat dan perbaikan kapasitas kerja ( dragan dan
Stanescu, 1971 ). Setelah kembali dari pegunungan, akan ada suatu fase kritis
untuk menyesuaikan kembali delama 3-5 hari, seandainya partisipasi dalam
pertandingan tidak disarankan. Bagaimanapun juga, perubahan yang positif
terjadi pada organisme atlit setelah perawatan ditempat yang tinggi selama 1-2
bulan ( Bucur, 1979 ).
4. Refleksoterapi
a. Acupressure, berasal
dari metode cina yaitu akupuntur, adalah suatu teknik dimana seseorang ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk pada syaraf perifer yang khusus untuk
menghilangkan rasa yang tidak menyenangkan. Juga pelaksanaannya dapat
mempercepat penyembuhan dan membantu menghilangkan tekanan psikologis, keadaan
emosi yang tinggi, pesimistis dan sebagainya. Teknik yang dilakukan dalam waktu
yang pendek (5 menit) melalui masase friksi pada tubuh tertentu, dapat
dilakukan sebelum, selama beristirahat dan setelah pertandingan atau latihan
yang intensif (Dragan, 1978 dan Bucur, 1979). Ini benar-benar dirasakan dan
disarankan bahwa dokter yang ditanya
untuk suatu saran khusus dalam hal ini.
b. Vagal-Refleksoterapi,
(pada syaraf vagus) teknik ini digaunakan untuk merangsang sistem parasimpatik
vegetatif (syaraf otonomik) yang mengatur proses pulih asal organisme secara
keseluruhan (popescu, 1975). Untuk meningkatkan kecepatan pulih asal, penulis
diatas menyarankan untuk menggunakan teknik-teknik yang dapat merangsang refleksi
perifer. Konsekwensinya tekanan pada ultratoracis atau manuver usaha dilakukan
oleh dokter mungkin dpat menenangkan fungsi rangsang jantung yang mungkin akan
lebih nyata lagi kalau itu dilakukan di akhir kerja yang intensif. Hal yang
sama adalah sedikit tekanan oleh jari diatas lensa mata dapat memberikan
pengaruh yang menenangkan sistem sirkulasi, khususnya pada sirkulasi serebral.
Hal lain, perasaan regenerasi yang baik dn keseimbangan fungsional mungkin
dicapai dengan cara meletakkan handuk panas pada muka atlit dan dengan
semprotan udara hangat (dengan pengering rambut) pada pundak.
5. Kemoterapi
vitamin sudah dinyatakan sebagai suatu aset
penting terhadap usaha prestasi serang atlit ( Sauberlich dkk, 1974; Dragan,
1978; Bucur, 1978) mungkin dipakai untuk menambah kebutuhan tenaga, khususnya
pada semua yang memiliki toleransi kerja rendah (Zalssky, 1979), sama halnya
terhadap peningkatan regenerasi. Vitamin B6,12 dan 16 dapat memenuhi peranan
katalisis, mempercepat reaksi oksidasi. Vitamin H,PP, D2 dan E untuk melawan
kelelahan, sakit otot, anemia dan dapat memberikan kemudahan dalam metabolisme
otot. Vitamin, sejalan dengan obat-obatan, obat tradisional yang dipergunakan
sesuai saran dokter. Bucur (1979) menyatakan, bahwa kemoterapi harus
dipertimbangkan sesuai dengan karakteristik cabang olahraga yang bersangkutan.
Jadi:
(1). Untuk cabang olahraga yang
berjangka waktu pendek sampai 60 detik dipakai vitamin B12 5 mg, vitamin B2 10
mg, garam potasium 200 mg, calsium 75 mg, magnesium 250 mg, zat besi 1, 5 mg,
glikokol 150 mg dan fruktosa 5 mg.
(2). Untuk olahraga yang
berjangka waktu panjang/lama yang lebih dari 60 detik : vit. B12 10 mg, vit. B2
20 mg, potasium 500 mg, kalsium 75 mg, magnesium 250 mg, zat besi 3, 5 mg,
glikokol 200mg, dan fruktosa 5 mg.
(3). Untuk cabang olahraga yang
memerlukan komponen psikologis tinggi: Vit. B12 10 mg, vit. B2 20 mg, vit. B6
30 mg, garam potasium 300 mg, kalsium 75 mg, magnesium 250 mg, phosphor 20 mg,
zat besi 1, 5 mg, glikokol 150 mh, dan fruktosa 5 mg.
6. Pulih Asal Secara
Psikologis
kellahan timbul pada SSP
karena regenerasi sel syaraf tujuh kali lebih rendah dari sel otot (Krestovnikov,
1938), perhatian yang lebih banyak harus diarahkan pada pulih asal saraf
psikologis. Apakah SSP yang mengkoordinasikan semua kegiatan manusia
diperbaiki, maka atlit dapat berkonsentrasi lebih baik terhadap tugas yang
harus dilakukannya, menampilkan ketrampilan yang lebih tepat, bereaksi lebih
cepat, lebih bertenaga terhadap rangsangan dalam maupun luar dan secara pasti
memaksimalkan kapasitas kerjanya. Propilaksis kelelahan melalui cara kejiwaan
harus mempertimbangkan dasar-dasar motivasi, mengetahui bahwa kelelahan
merupakan akibat latihan yang normal, menanggulangi stress dan frustasi, model
latihan untuk penyesuaian terhadap tekanan pertandingan yang berfariasi dan
pentingnya susunan dalam regu yang menyenangkan. Sejauh terapi kelelahan
dipertimbangkan, rangsangan diri, latihanyang bersifat psikotomis dan
sejenisnya adalah cara yang efisien. Dan pelatih harus memperhatikannya.
Pelatih yang tidak mengenal metode pulih asal psikologis dan relaksasi harus
bertanya kepada ahli ilmu jiwa olahraga untuk meminta bantuan yang cukup serta
untuk pengajaran.
1. Pulih Asal Khusus Untuk Olahraga
Tertentu
Cara pulih asal seseaui dengan sistem yang
dipengaruhi selama latihan dan pertandingan. Fungsi sistem tertentu dipengaruhi
untuk diselaraskan dengan kapasitas kerja organisme yang akan datang atau untuk penampilan unjuk
kerja olahraga. Walaupun pulih asal organisme itu cepat, melakukan beban
latihan atau memperoleh yang diidam-idmkannya. Oleh karena itu, pengukuran
pencegahan harus diambil oleh pelatih atau tenaga ahli pada bidangnya. Dragan
(1978) da Bucur (1977) menyebutkan bahwa teknik pulih asal berikut yang secara
ritual cocok untuk semua atlit.
a. Untuk Sistem Neuro-Psikological, memakai
relaksasi psikotonik, latihan yoga, accupressure, oxygenotherapi,
aeroiontherapi, balneo-hydrotherapy, massase dan chemotheraphy.
b. Untuk sistem syaraf Otot, dipakai cara
balneo-hydrotherapy, massase, relaksasi psikotonik, latihan yoga, accupressure,
diet kaya alkalin dan mineral serta chemotherapy.
c. Untuk Sistem Metabolisme Endokrin, dipakai
oxygenotherapy, latihan psikotonik, massase, accupresure, kinotherapy, dan diet
kaya alkalin dan mineral.
d. Untuk sistem Kardiorespiratori, memakai
oxygenotheraphy, balneo-hydrotheraphy, dan diet kaya alkalin.
Berdasarkan atas
karakteristik dari cabang olahraga, serta tuntutan latihannya, bucur (1979)
mengemukakan tentang bidang-bidang yang mana saja dari theraphy tersebut dapat
dipakai oleh berbagai cabang olahraga. Melelui pengetahuan ini, pelatih dan
tenaga ahli memilih dan melaksanakan teknik pulih asal yang mencukupi. (tabel:
14).
Tabel: 14. Parameter biologis yang sesuai
dalam latihan beberapa cabang olahraga.
No
|
Olahraga
|
Parameter
|
1
|
Atletik:
-Lari cepat
-No.Lari jarak menengah
-No. Lari jarak jauh
- No. Lompat
-No. Lempar
|
-Sayaraf otot, metabolisme endokrin,
syaraf psikologis.
-Kardirespiratori, syaraf psikologis,
syaraf otot.
-Metabolisme, kardiorespiratori, syaraf
otot.
- Syaraf otot, syaraf psikologis.
- Syaraf psikologis, metabolisme, syaraf
otot.
|
2
|
Bola Basket
|
-Syaraf psikologis, metabolisme, syaraf
otot.
|
3
|
Kano
|
-Syaraf psikologis,
metabolisme-endokrin, syaraf otot.
|
4
|
Anggar
|
-syaraf psikologis,
metabolisme-endokrin, syaraf otot,
kardiorespirasi.
|
5
|
Senam
|
-Syaraf psikologis, metabolisme-endokrin,
syaraf otot.
|
6
|
Bola Tangan
|
- Syaraf psikologis, metabolisme, syaraf otot.
|
7
|
Dayung
|
- Metabolisme, kardiorespirasi, syaraf otot.
|
8
|
Rugby
|
- Metabolisme, kardiorespirasi,
syaraf otot.
|
9
|
Sepakbola
|
-Syaraf psikologis, syaraf otot,metabolisme-endokrin.
|
10
|
Renang
|
-Kardiorespirasi, metabolisme, Syaraf psikologis.
|
11
|
Tenis Meja
|
- Syaraf psikologis, syaraf otot.
|
12
|
Bola Voli
|
- Syaraf psikologis, syaraf otot, metabolisme.
|
2. Cara Pulih Asal Yang Berhubungan Dengan
Pertandingan.
a. SEBELUM PERTANDINGAN (1-2 Hari). Syaraf otot dan relaksasi psikologis harus benar-benar menjadi bahan
pertimbangan, sehingga atlit dapat mengawali pertandingan dengan regenerasi
yang benar-benar sempurna. Cara atau teknik pulih asal yang mungkin dapat
dipakai adalah latihan psikotonik, balneo-hydrotheraphy, massase, dan istirahat
pasif (10 jam tidur). Diet harus seimbang secara kwalitatif yaitu 60% glucid,
20% lemak, dan 20% protein (Dragan, 1978). Tambahan lainnya adalah
bermacam-macam minuman, buah-buahan, dan sayur-sayuran harus dapat menjamin
diet yang kaya akan bahan alkalin, mineral serta vitamin. Chemotheraphy harus
dipertimbangkan sesuai dengan anjuran dokter.
b. SELAMA PERTANDINGAN.diantara nomor pertandingan, pemanasan atau bahkan pada turun minum,
teknik pulih asal hendaknya diberikan untuk memperoleh keadaan yang lebih
tenang, tidak hanya pada syaraf-psikologis saja tetapi juga berbagai fungsi
fisiologis. Selama masa turun minum sambil bersiap-siap memasuki babak
berikutnya, seseorang dibenarkan untuk minum dengan sari buah dan sedikit
glukosa (20 gr) dan dan garam yang dapat ditambahkan untuk mengganti apa yang telah terbuang selama
babak pertama. Massase yang dilakukan sendiri selama 5 menit dapat memberikan
rasa rilek pada lelompok utama yang terlibat dalam kegiatan.
Diantara
nomor-nomor atau permainnan pendekatan yang sedikit berbeda harus
dipertimbangkan. Atlit harus beristirahat pada tempat yang nyaman, dimana
eksitasi pertandingan diusahakan tidak terlalu dekat dengannya. Selama waktu
yang dipergunakan ini, hendaknya diberikan baik itu secara psikologis maupun
secara syaraf otot. Massase, accupressure, oxygenotheraphy, dan relaksasi
psikotonik sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan diatas. Secara pasti, atlit
harus memakai pakaian yang kering dan hanga.
Selimut juga dapat dipakai untuk menutupi badan atlit, sehingga
pengeluaran keringat akan semakin mudah (dengan cara ini pembakaran zat makanan
akan dibatasi, artinya dapat meningkatkan kecepatan pulih asal). Sepanjang
istirahat, cairan alkalin dpat memberikan keseimbangan terhadap keseimbangan
keasaman organisme, karena itu perlu diberikan minuman sewaktu turun minum.
Kalau terjadi suatu penjarakan bermain kurang dari 4 jam, maka hanya minuman
bergizi saja yang perlu diberikan, sehingga sistem penyerapan tidak terlalu
dibebani.
c. SETELAH PERTANDINGAN. Jika mungkin hanya ada beberapa orang pelatih atau atlit daja yang perduli dengan pulih asal, tetapi
mungkin masih ada juga yang mengkhawatirkan regenerasi kejiwaan-fisiologis
setelah bertanding. Untuk itu, penggunaan sejumlah variasi teknik pulih asal,
akan membuat proses pemulihan berlangsung dengan lebih cepat dan mudah,
sehingga efektifitas atlit dalam latihan dapat dimulai lagi dalam satu hari
atau dua hari berikutnya.
Kegiatan fisisk
diakhir pertandingan tidak harus dihentikan secara total. Melanjutkan latihan
yang sedang (joging) sangat penting membatasi metabolit yang berlebihan padasel
otot. Untuk cabang olahraga anaerobik, hutang oksigen yang diderita selama
bertanding, akan diganti setelah menit-menit akhir dalam pertandingan. Dalam
contoh ini, menambah dengan latihan ringan selama 10-15 menit adalah sangat
penting dalam pemulihan asal. Teknik yang perlu dilakukan adalah: hydrotherapy
selama 15 menit, massase, aeroinotheraphy, relaksasi psikologis dan sebagainya.
Utnuk cabang olahraga aerobik, sebagai pertandingan pokok adalah proses
homeostasis (stabilitasi fungsi internal selama 15-20 menit ) dimana dlam waktu
itu tubuh akan membuang zat-zat beracunnya. Bisa juga dilakukan denga teknik
lain seperti: aerinotherapy, hydrotherapy selama 15 menit, massase dan
relaksasi psikologis. Pada kedua contoh diatas, hendaknya diberikan pula
minuman, sehingga apa yang terbuang melalui keringat dapat diganti kembali.
Minuman alkalin (susu, sari buah) yang diperkaya dengan mineral, glokosa dan
vitamin sangat dianjurkan untuk digunakan (Dragan, 1978). Rlaksasi yang cukup,
khususnya dengan cara psikotonik, dapat menghilangkan stress dan bahkan perasaan
frustasi serta memudahkan tidur dengan nyaman atau istirahat.
Selama 1-2 hari
setelah bertanding, diet penyembuhan harus kaya akan vitamin dan alkalin
(selada, buah-buahan, susu, sayur-sayuran dsb). Makanan kaya protein tidak
dianjurkan pada masa seperti ini (Bucur, 1979). Selama waktu ini, cara pulih
asal yang lain juga harus dilakukan seperti massase, accupressure, relaksasi
psikologis, chemotherapy dan sebagainya. Sedangkan alkohol, merokok dan sex
harus dibatasi.
3. Cara-Cara Yang Tepat dari Pulih Asal
Latihan yang efektif membutuhkan pulih asal yang tetap dan dengan teknik
yang sudah ditetapkan. Namun begitu, harus tetap dapat dipertahankan kondisi
kapasitas dan psikolopgis yang tinggi utnuk mencapai tujuan latihan. Secara
singkat dikemukakan beberapa cara yang permanenen dalam proses pemulihan
tersebut, yaitu:
a. Pertukaran yang rasional antara kerja
dengan fase regenerasi.
b. Berusaha untuk dapat membatasi tekanan
sosial.
c. Membuat suasana kelompok yang menyenangkan,
tenang, percaya serta penuh suasana yang optimis dari para pemain.
d. Diet yang benar dan bervariasi sesuai
dengan cabang olahraga dan fase latihannya.
e. Pemantauan yang terus menerus terhadap
kondisi kesehatan atlit.
4. Cara-Cara Pemantauan Pulih Asal
diantara sejumlah cara yang sederhana dan dapat dilakukan oleh pelatih
untuk menentukan keadaan pulih asal setelah latihan adalah sebagai berikut:
a.
Melihat
bentuk olahraga, yang dinyatakan dengan derajat efektifitas latihan seseorang,
memenuhi tujuan latihan yang mencukupi atau sejumlah ukuran tes yang dilakukan.
b.
Selalu
waspada terhadap sikap atlit. Kesadaran diri dan optimis dalam latihan,
hubungan baik sesama teman serta bereaksi positif secara umum terhadap variasi
kegiatan dalam latihan, hal ini memudahkan bahwa beban latihan sesuai dengan
kapasitas pulih asal setiap atlit.
c.
Keadaan
kesehatan atlit, dipantau dengan cara melihat kecepatan pulih asalnya.
Organisme yang sngat lelah dan tidak bisa regenerasi, akan mempengaruhi fungsi
yang normal pada sistem sirkulasi (Bucur, 1979).
d.
Mencatat
kemauan dan semangat atlit, sangat diharapkan dapat memperbaiki penampilan
perseorangan, selera, kondisi tidur, emosi yang berimbang, akan menandakan
pulih asal atlit.
e.
Mengawasi
variasi berat badan sekitar 1 kg lebih dari 24 jam, menunjukkan pulih asal yang
normal, penambahan dan penurunan dari angka 1 kg tersebut, menunjnuikkan berat
badan bertambah, berarti beban latihannya ringan, dan penurunan yang berat
menunjukkan beban latihan yang mengakibatkan proses regenerasi yang tidak
tepat.
f.
Pengukuran
denyut jantung, merupakan indikasi fisiologis yang penting dari keadaan pulih
asal. Dragan (1978) menyatakan, bahwa perbedaan yang lebih besar dari 8-16
denyutan per menit antara denyut nadi istirahat yang diambil dari sikap
berbaring dan sikap berdiri, menunjukkan kecepatan pulih asal yang rendah, oleh
karena itu program latihan harus di rubah.