22.2.12

KAOS a.k.a T-Shirt

Kaus oblong atau disebut juga sebagai T-shirt adalah jenis pakaian yang menutupi sebagian lengan, seluruh dada, bahu, dan perut. Kaus oblong pada mulanya digunakan sebagai pakaian dalam. Sekarang kaus oblong tidak lagi hanya digunakan sebagai pakaian dalam tetapi juga sebagai pakaian sehari-hari. Kaus oblong biasanya tidak memiliki kancing,kerah, ataupun saku. Pada umumnya, kaus oblong berlengan pendek (melewati bahu hingga sepanjang siku) dan berleher bundar. Bahan yang umum digunakan untuk membuat kaus oblong adalah katun atau poliester (atau gabungan keduanya). Mode kaus oblong meliputi mode untuk wanita dan pria, dan dapat dipakai semua golongan usia, termasuk bayi, remaja, ataupun orang dewasa.

Asal muasal nama Inggrisnya, T-shirt, tidak diketahui secara pasti. Tidak ada yang tahu pasti kapan sebenarnya T-shirt (Tee atau Kaos Oblong) pertama kali di buat, dan tidak pernah disebutkan siapa yang pertama kali membuatnya. Istilah T-shirt sendiri konon berasal dari bentuknya. Pada umumnya T-shirt berlengan pendek (melewati bahu hingga sepanjang siku) dan berleher bundar sehingga menyerupai huruf T. Sedangkan kata shirt sendiri memang sudah lama dipergunakan. Teori yang paling umum diterima adalah nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai huruf "T", atau dikarenakan pasukan militer sering menggunakan pakaian jenis ini sebagai "training shirt".

Sementara definisi yang lain menerangkan bahwa istilah T-shirt diambil dari kependekan “training shirt”. Training shirt merupakan pakaian yang digunakan oleh pasukan militer terutama tentara dari negara Eropa ketika melakukan latihan peperangan. T-shirt sebagai pakaian tanpa kancing yang menyerupai Kaos Oblong, awalnya populer di Amerika Serikat ketika dikeluarkan oleh Angkatan Laut AS selama atau setelah Perang Dunia I berlangsung. Awalnya T-shirt dibuat dari bahan katun (100% cotton) yang berwarna putih yang dikenakan sebagai baju dalaman di musim panas untuk menghapus seragam jaket yang panas.

T-shirt, sebagai slip-on garmen tanpa kancing, awalnya menjadi populer di Amerika Serikat ketika mereka dikeluarkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat selama atau setelah Perang Spanyol Amerika. Ini adalah kru berleher lengan pendek, kaos katun putih untuk dikenakan di bawah seragam. Hal ini menjadi umum bagi para pelaut dan marinir dalam partai kerja, kapal selam awal, dan iklim tropis untuk menghapus seragam "jaket", memakai (dan mengotori) hanya kaos itu. Ada kemungkinan bahwa papan seragam Angkatan Laut pertama kali menemukan T-shirt dengan melihat kru dermaga. 


Trend T-shirt
T-shirt alias kaos oblong ini mulai dipopulerkan sewaktu dipakai oleh Marlon Brando pada tahun 1947, yaitu ketika ia memerankan tokoh Stanley Kowalsky dalam pentas teater dengan lakon “A Street Named Desire” karya Tenesse William di Broadway, AS. T-shirt berwarna abu-abu yang dikenakannya begitu pas dan lekat di tubuh Brando, serta sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Pada waktu itu penontong langsung berdecak kagum dan terpaku. Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan.Tak pelak, muncullah polemik seputar kaos oblong. Polemik yang terjadi yakni, sebagian kalangan menilai pemakaian kaos oblong – undershirt – sebagai busana luar adalah tidak sopan dan tidak beretika.
Marlon Brando

Namun di kalangan lainnya, terutama anak muda pasca pentas teater tahun 1947 itu, justru dilanda demam kaos oblong, bahkan menganggap benda ini sebagai lambang kebebasan anak muda. Dan, bagi anak muda itu, kaos oblong bukan semata-mada suatu mode atau tren, melainkan merupakan bagian dari keseharian mereka. Polemik tersebut selanjutnya justru menaikkan publisitas dan popularitas kaos oblong dalam percaturan mode. Akibatnya -bleep-, beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi benda itu, walaupun semula mereka meragukan prospek bisnis kaos oblong. Mereka mengembangkan kaos oblong dengan pelbagai bentuk dan warna serta memproduksinya secara besar-besaran.

Citra kaos oblong semakin menanjak lagi manakala Marlon Brando sendiri – dengan berkaos oblong yang dipadu dengan celana jins dan jaket kulit – menjadi bintang iklan produk tersebut.Mungkin, dikarenakan oleh maraknya polemik dan mewabahnya demam kaos oblong di kalangan masyarakat, pada tahun 1961 sebuah organisasi yang menamakan dirinya “Underwear Institute” (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaos oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Mereka mengatakan, kaos oblong juga merupakan karya busana yang telah menjadi bagian budaya mode.

Demam kaos oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaos oblong dalam film “Rebel Without A Cause”, sehingga eksistensi kaos oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana.Di Indonesia, konon, masuknya benda ini karena dibawa oleh orang-orang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal.Namun demikian, kaos oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970.




Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain. Selanjutnya, tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia pun kaos oblong sudah menjadi media berekspresi. Kaos oblong yang berwarna putih itu diberi gambar vinyet, dan waktu itu sempat menjadi tren/mode di kalangan anak muda Indonesia. Tapi tidak lama. Berikutnya vinyet digeser oleh tulisan-tulisan yang berwarna-warni. Tekniknya sepeprti sablon. Selain itu, ada juga gambar-gambar koboi, orang-orang berambut gondrong, dan lain-lain. Warna bahan kaos oblong pun sudah semarak, yaitu merah, hitam, biru kuning. Dan, tren kaos oblong rupa-rupanya direkam -bleep- oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya dengan tajuk “Generasi Kaos Oblong” (Harian Kompas, 14 Januari 1978).


psychedelic t-shirt

Dimulai pada akhir 1960-an, T-shirt menjadi media untuk seni dpt dipakai. Seni poster psychedelic desainer Warren Dayton beberapa dirintis politik, protes, dan seni budaya pop T-shirt yang menampilkan gambar Cesar Chavez, kartun politik, dan ikon budaya lainnya dalam sebuah artikel di majalah Los Angeles Times, pada akhir tahun 1969. Saat ini, banyak terkenal dan berkesan T-shirt yang diproduksi di tahun 1970-an kini telah menjadi berlindung dalam budaya pop. 
Contohnya termasuk wajah bahagia kuning cerah T-shirt, The Rolling Stones atasan dengan "lidah dan bibir mereka" logo, dan ikon "I ♥ NY".


Mereka juga dapat digunakan untuk membawa iklan komersial, pesan souvenir, dan pesan protes seni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar