INTI
dari olahraga basket adalah bola basket itu sendiri. Semua pemain dari kedua
tim yang bertanding, berlomba-lomba memperebutkan satu bola yang sama untuk
dijebloskan ke dalam keranjang basket lawan.
Bola
basket yang baik dan berstandar internasional menjadi syarat utama pertandingan
basket dunia. Tapi sebaik apa pun bola basket tersebut, yang menjadi peranan
utama adalah teknik permainan para atlet di lapangan. Nah, ternyata semua
teknik permainan "ajaib" para pebasket tersebut (terutama di NBA),
tak lain sebuah demonstrasi fisika yang sangat atraktif dan menghibur.
Istilahnya, kita menonton basket sekarang ini, seperti menyaksikan sebuah
"sirkus fisika".
Terutama
teknik-teknik lemparan atau dribble yang berkembang selama dua puluh
tahun terakhir di NBA (yang lalu diikuti pemain basket seluruh dunia).
Teori-teori fisika yang digunakan Magic Johnson, Jordan, Kobe, dan lain-lain
dalam melakukan atraksinya, terutama soal pemantulan bola, lemparan-lemparan
jitu, dan lompatan pemain yang bagaikan terbang di udara.
Tidak
percaya? Kita bongkar yuk satu per satu!
Lemparan
"lay-up"
Magic
Johnson sangat terkenal dengan lemparan lay-up-nya, yakni sebuah gerakan
memasukkan bola ke keranjang dengan sedikit melempar sambil terbang.
Dalam
melakukan lemparan ini, Magic mula-mula berlari sambil men-dribble bola.
Setelah melewati beberapa pemain lawan, dan dekat dengan keranjang basket, ia
melompat serta melepas (tanpa melontarkannya keras-keras) bola ke atas. Bola
pun melayang, membentuk lintasan lengkung yang manis, dan masuk dalam keranjang
dengan cantiknya.
Banyak
orang tercengang, mengapa dengan hanya melepasnya, bola dapat bergerak
melengkung. Darimana bola mendapat kecepatannya? Apakah ini suatu magic atau
sihir (karena itu namanya pakai embel-embel magic)? Tentu saja bukan!
Ini bukanlah sulap atau sihir. Gaya
eks-pemain andalan Lakers ini sebenarnya sebuah fenomena fisika.
Pada
abad ke-19, Newton sudah mengatakan (hukum Newton ) bahwa suatu benda
yang sedang bergerak akan cenderung terus bergerak. Bola yang dibawa lari oleh
Magic, mempunyai kecepatan sama dengan kecepatan lari cowok hitam manis itu
sendiri. Ketika dilepas, bola pun praktis akan meneruskan gerakannya, dengan
kecepatan yang sama seperti saat dibawa kabur (kayak maling saja...). Sehingga
bola dapat meluncur manis ke dalam keranjang.
"Lucky
shot "
Trik
lemparan yang cukup ngetop di NBA lainnya, adalah lucky shot.
Pemain legendaris Michael Jordan sering melakukan teknik tersebut.
Nah,
dalam melakukan lemparan bebasnya (dari jarak sekitar 4,5 meter), Jordan sering
membuat bola berputar dengan backspin (l. Kata orang sih, backspin
ini dapat menjinakkan bola ketika menumbuk papan penyangga keranjang
basket. Saking jinaknya, setelah memantul dari papan, bola sepertinya
kehilangan kecepatannya, dan jatuh masuk dalam keranjang dengan manis. Wah,
apakah ini hanya kebetulan (lucky shot)?
Kok
bisa begitu, ya? Bola bisa jadi jinak dalam lemparan Jordan ? Apakah Jordan
mempunyai alat kontrol remote yang dapat membuat bola jinak seperti itu?
Atau jangan-jangan doi mempunyai kekuatan supranatural, habis berguru ke
seorang dukun sakti?
Tentu
saja jawabnya juga tidak. Ini ada hubungannya dengan peristiwa fisika gesekan.
Jadi, ketika bola yang berputar dengan backspin ini menumbuk papan
penyangga keranjang, maka timbullah gaya
gesekan antara bola dan papan tersebut. Gaya
gesekan ini arahnya vertikal ke atas, berlawanan dengan arah komponen vertikal
dari kecepatan bola. Di lain pihak, gaya
gesekan ini menghambat lajunya bola.
Bukan
itu saja, gaya
gesekan juga mengurangi putaran bola. Pengurangan kecepatan (baik
lajunya maupun kecepatan putarnya) ini berakibat bola bergerak lambat dan
"menjadi jinak". Akibatnya, bola dapat secara perlahan jatuh ke dalam
keranjang.
Peristiwa
ini tidak bakal terjadi pada bola yang berputar dengan forward-spin. Pada
bola yang melakukan gerakan ini, gesekan malah akan mempercepat gerakan bola.
Sehingga bola pun terpantul keras, liar, dan tidak mau masuk keranjang.
Raksasa
O'Neal
Dalam
permainan basket modern di NBA, salah satu atraksi yang menarik dan sering
ditunggu, adalah ketika si raksasa Shaquille O'Neal melabrak musuh-musuhnya
dengan terbang dan melakukan slam dunk.
Menurut
teori tumbukan dalam fisika, jika dua benda bertumbukan, maka benda yang ringan
akan terlempar. Hal ini menjelaskan soal body contact antara Shaq dan
lawan-lawannya. Karena itulah lawan-lawan O'Neal yang bertubuh relatif lebih
kecil tidak mampu menahan laju raksasa yang beratnya 152 kg tersebut. Sang
raksasa pun melayang tanpa terhalangi, dan berhasil menyarangkan bola dengan
melakukan slam-dunk.
"Dribble"
Seorang
pemain yang sedang melakukan dribble sebenarnya memanfaatkan Hukum III
Newton tentang gaya
aksi-reaksi. Hmm, gimana tuh ceritanya?
Begini.
Saat bola dilepaskan oleh pebasket, gaya
gravitasi bumi menariknya jatuh ke lantai. Bola pun bertumbukan dengan lantai,
sehingga bola memberikan gaya pada lantai (gaya aksi). Sebagai
akibatnya, lantai memberikan reaksi melawan gaya aksi ini. Gaya
yang diberikan lantai tersebut disebut gaya
reaksi, yang besarnya sama dengan gaya
aksi. Gaya
reaksi inilah yang menyebabkan bola memantul lagi ke atas.
Namun,
karena sebagian energi bola terserap lantai, maka bola pantul tidak dapat
mencapai ketinggian semula. Untuk mengompensasi energi yang terserap oleh
lantai ini, maka seorang Eric Snow, pemain Philadelphia 76ers yang dikenal
punya gaya dribble unik, harus memberi ekstra dorongan pada bola ke arah
bawah. Dorongan ekstra inilah yang akan diteruskan bola pada lantai. Karena
mendapat gaya dorong yang lebih besar, maka
lantai pun memberikan gaya
reaksi yang lebih besar pula untuk menolak bola ke atas lebih keras.
"Hang
time"
Atraksi
lain yang menakjubkan dalam permainan basket (lama-lama NBA seperti sirkus aja,
ya?) adalah ketika Kobe Bryant melakukan hang time. Pada foto-foto
liputan atau pas kita tonton di televisi tentang pertandingan Lakers, tampak Kobe seperti terbang.
Apakah benar-benar Kobe
dapat terbang? Bagaimana ia mengalahkan gaya
gravitasi yang menariknya untuk turun?
Sebenarnya
apa yang tampak pada foto-foto Kobe
tersebut hanya suatu ilusi. Kobe
tampak seperti terbang, tetapi ia sebenarnya tidak terbang. Pemain seperti Kobe maupun lainnya (Jordan atau O'Neal juga sering
melakukan trik ini) sebenarnya ketika melompat setinggi satu meter, hanya mampu
bertahan di udara selama 0,9 detik saja. Agar tampak seperti terbang, mereka
harus melompat dengan kecepatan setinggi-tingginya sambil berlari, kemudian
ketika turun mereka biasanya menekuk lututnya. Sehingga mereka pun akan
kelihatan jatuh lebih lama. Semakin besar kecepatan lari si pemain basket, akan
menambah lama hang time-nya tersebut.
Hang
time dimanfaatkan
oleh Kobe atau Jordan dalam mengecoh lawan yang
hendak memblok mereka dalam menyarangkan bola ke keranjang. Pada gambar 4,
dilukiskan pemain yang melompat melakukan hang time. Gerakan pemain ini
berusaha diblok lawannya. Nah, kebanyakan pemain akan melepas bola ketika ia
naik (A) atau di titik puncaknya (B).
Michael
Jordan atau Kobe mampu melepas bola di A, B, atau C. Lama waktu untuk mencapai
titik C sekitar 0,6 detik. Sedangkan lamanya pemain lawan melakukan hang
time (tanpa berlari), biasanya 0,5 detik. Jadi, jika seorang Kobe melepas tembakan di
C, maka lawan tidak akan punya waktu untuk membloknya. Dengan mudah Kobe pun menyarangkan
bola ke keranjang.
Bagaimana?
Asyik bukan melihat atraksi fisika dalam permainan basket? So, kalau mau
bergaya ala Jordan, Magic, Shaq, atau Kobe, ya enggak usah berguru ke dukun.
Cukup latihan, dan rajin-rajin belajar fisika, wukikikik....
YOHANES
SURYA PhD
Presiden
Asian Physic Olympiad dan dosen Universitas Pelita Harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar