Waspadai Nyeri Dada dan Sesak Nafas
Pesepak bola Italia Piermario
Morosini meninggal di lapangan saat timnya, Livorno, melawan Pescara (Sabtu
14/4). Pemain tengah itu terkena serangan jantung dan kolaps saat pertandingan
memasuki menit ke-33. Sebelumnya, pemain Tottenham Hotspurs Fabrice Muamba
mengalami serangan jantung dan sampai kini masih menjalani perawatan intensif.
yang sama dari dua pemain tersebut adalah posisinya sebagai midfielder.
Di antara posisi-posisi lain, midfielder memang memiliki beban kerja
yang paling berat. Jarak yang ditempuh pemain pada posisi itu dalam sebuah
pertandingan bisa lebih dari 13 kilometer. Jauhnya jarak tersebut ditambah
dengan sprint-sprint yang dilakukan dalam pertandingan. Faktor beratnya
beban kerja midfielder bisa memicu
serangan jantung. Tentu hal ini bukan semata-mata penyebabnya. Ada faktor lain
yang meningkatkan risiko atlet terkena serangan jantung.
Serangan jantung pada dua pesepak
bola tersebut bukanlah yang pertama. Pada 490 Sm seorag pemuda pembawa pesan
dari Yunani mengalami serangan jantung kemudian mmeninggal, setelah berlari
26,2 mil yang ditempuh dari Marathon hingga Athena. Itu mungkin kalo pertama
diketahui serangan jangtung yang dialami atlet. Sejatinya, olahraga bukanlah
penyebab kematian. Melainkan pemicu kematian mendadak pada atlet sebagai akibat
serangan jantung. Serangan jantung saat olahraga bisa terjadi sebagai akibat
tidak normalnya pembuluh darah di jantung.
Kelainan jantung dan pembuluh darah
jantung sejak lahir biasanya tidak menampakkan tanda-tanda. Kelainan jantung
yang paling sering mengakibatkan serangan jantung hingga menimbulkan kematian
pada olahragawan disebut hypertrophic cardiomyopathy.
Pada orang normal, olahraga akan
membuat otot jantung beradaptasi menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Tetapi,
pada orang yang menderita kelainan di atas, terjadi pengerasan dan penebalan
otot jantung secara tidak normal melebihi yang seharusnya. Atas kondisi ini,
irama detak jantung akan tidak teratur atau lazim disebut ventricular fibrilation.
Tidak teraturnya irama jantung
bisa berbentuk cepatnya denyut jantung hingga lebih dari 400 per menit. Akibatnya,
tidak ada darah yang dipompa. Bila ini terjadi saat atlet bertanding, segera
dia kolaps. Insiden serangan jantung seperti itu cenderung dialami atlet
laki-laki.
Tanda-tanda kelainan tersebut
bisa diketahui dari beberapa hal berikut : nyeri pada dada kiri, pingsan,
pusing, jantung berdebar (jantung berdetak cepat atau tidak teratur), dan sesak
nafas berlebihan ketika melakukan olahraga dengan intensitas tinggi.
Jika atlet mendapati tanda-tanda
itu, segera konsultasi kepada dokter. Demikian juga atlet yang memiliki silsilah
keluarga terserang penyakti jantung atau tekanan darah tinggi. Sebelum meneruskan
latihan intensif, ada baiknya dilakukan screening
oleh dokter dan pelatih.
Abdul Aziz Hakim
Peneliti ilmu olahraga
Universitas Negeri Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar